Bali
Kepercayaan
: Hindu 95% ; islam :
katholik ; budha ; kristen; kong hu cu dll 5%
perlengkapan
hidup : Ayam betutu , Babi guling, Bandot Be Kokak Mekuah .
Be Pasih mesambel matah, Bebek betutu Berengkes ,Grangasem , Jejeruk , Jukut
Urab,Komoh,Lawar,Nasi Bubuh,Nasi Tepeng,Penyon,Sate Kablet,Sate Babi Guling,Sate
Lilit,Sate pentul,Sate penyu,Sate Tusuk,Timbungan,Tum,Urutan Tabanan, Rujak
Bulung Rujak Kuah Pindang , Rujak Manis,
Rujak Tibah ,Salak Bali
mata pencaharian
: bercocok tanam, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha
penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut
yang merupakan mata pecaharian sambilan,
pengetahuan
:Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan
sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan social tersebut
diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh
klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan
kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali juga harus memecahkan
soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya
administrasi pemerintahan.
kekerabatan
: adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap
disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang
menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali
ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara,
Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu
sebagai pemimpin keagamaan.
kesenian
:
a. Tarian wali : Sang Hyang Dedari , Sang Hyang Jaran ,Tari Rejang
, Tari Bari , Tarian bebali
b.
Tari Topeng : Gambuh
c.
Tarian balih-balihan
Tari Legong
, Arja , Joged Bumbung , Drama Gong , Barong , Tari Pendet Tari Kecak Calon Arang Tari Janger
bahasa
:bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu,
bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali
Mojopahit.yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus.
Jawa Timur
Kepercayaan
: Mayoritas suku Jawa umumnya menganut agama Islam, sebagian kecil
lainnya menganut agama kristen
dan katolik, dan ada
pula yang menganut hindu
dan Buddha. Sebagian orang Jawa juga masih memegang teguh kepercayaan Kejawen.
Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada Suku Madura. Suku Osing
umumnya beragama Islam dan Hindu. Sedangkan mayoritas Suku Tengger menganut
agama Hindu.
perlengkapan hidup : Sebagai
suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki peralatan dan perlengkapan hidup
yang khas diantaranya yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan.
Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa memiliki ciri sendiri dalam
bangunan mereka, khususnya rumah tinggal. Ada beberapa jenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku
Jawa, diantaranya adalah rumah limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah
limasan, adalah rumah yang paling umum ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini
merupakan rumah yang dihunu oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah Joglo,
umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya saja para
kerabat keraton.
Umumnya
rumah di daerah Jawa menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon
nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk
dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu, walaupun
sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang telah menggunakan
dinding dari tembok. Atap pada umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering
(blarak) dan banyak juga yang menggunakan genting.
mata pencaharian : Tidak ada
mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh masyarakat suku Jawa. pada
umumnya, orang-orang disana bekerja pada segala bidang, terutama administrasi
negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. selain itu,
mereka bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan dan
pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan, mungkin salah satu
yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti yang
kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang
beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan
nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.
Tetapi orang
Jawa juga terkenal tidak memiliki bakat yang menonjol dalam bidang industri dan
bisnis seperti halnya keturunan etnis tionghoa. Hal ini dapat terlihat, bahwa
pemilik industri berskala besar di Indonesia, kebanyakan dimiliki dan dikelola
oleh etnis tionghoa.
pengetahuan :
Salah satu bentuk sistem
pengetahuan yanga ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah bentuk
penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa menurut kelompok kami, adalah
salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh
para masyarakat Jawa kuno
Pada sistem
kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti yang kita
kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. Sejarah
penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada saat
itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkan
agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanya
menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan
demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah,
namun tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.
Dalam sistem
kalender Jawa pun, terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu nama bulan dalam
kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama- nama bulan dalam sistem
kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, mulud,
bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan
dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariah dianggap
tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocok tanam, maka
Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender berdasarkan sistem
matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan .
kekerabatan
: Sistem
kekerabatan masyarakat Jawa berdasarkan prinsip keturunanbilateral. Semua kakak laki-laki atau wanita ayah
dan ibu beserta istriatupun suami masing – masing diklasifikasikan
menjadi satu denganistilah siwa atau uwa. Adapun adik dari ayah dan ibu diklasifikasikan
kedalam dua golongan yang dibedakan
menurut jenis kelamin menjadipaman dan bibi.Dalam adat masyarakat Jawa dikenal adanya ngarang wulu serta wayuh. Perkawinan ngarang wulu
adalah suatu
perkawinan seorang dudadengan seorang
wanita salah satu adik dari almarhum istrinya. Jadimerupakan pernikahan
sororat. Adapun wayuh
adalah suatu perkawinanlebih dari satu istri (poligami).
kesenian
: reog , kuda lumping,
ludruk, tari remo , parikan Tari Bedhaya ,Tari
Srimpi Tari
Pethilan, Tari Golek,Tari Bondan,Tari Topeng, Tari DolalakPatolan atau prisenanbarongan, kuda
kepang, dan wayang krucil,Kuntulan, Lengger calung
bahasa
: Bahasa Jawa, sebagai
bahasa ibu dan bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat suku Jawa ,. Dan bahasa Indonesia
·
Ha – Hana
Hurip Wening Suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.
·
Na - Nur Gaib, Candra Gaib, Warsitaning
Gaib – pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Ilahi.
·
Ca – Cipta
Wening, Cipta Mandulu, Cipta Dadi – arah dan tujuan pada yang Maha Tunggal.
·
Ra – Rasaingsun
Handulusih – rasa cinta sejati muncul dari rasa kasih nurani.
·
Ka – Kersaningsun
Memayu Hayuning Bawana – hasrat diarahkan untuk kesejahtraan alam.
·
Dha – Dumadining
Dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya.
·
Ta – Tatas,
Titis, Tutus, Titi lan Wibawa – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian
dalam memandang hidup.
·
Sa – Sifat Ingsun
Handulu Sifatullah – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan.
·
Wa – Wujud Hana
Tan Kena Kinira – ilmu manusia hanya terbatas, namun implikasinya bisa tanpa
batas.
·
La – Lir Handaya
Paseban Jati – mengalirkan hidup sebatas pada tuntunan Ilahi.
·
Pa – Papan Kang
Tanpa Kiblat – Hakikat Allah yang ada di segala arah.
·
Da – Dhuwur
Wekasane Endek Wiwitane – Untuk bisa diaatas tentu dimulai dari dasar.
·
Ja – Jumbuhing
Kawula Lan Gusti – selalu berusaha menyatu, memahami kehendaknya.
·
Ya – Yakin Marang
Samubarang Tumindak Kang Dumadi – yakin atas titah atau kodrat Ilahi.
·
Nya – Nyata Tanpa
Mata, Ngerti Tanpa Diuruki – memahami kodrat kehidupan
·
Ma – Madep,
Mantep, Manembah, Mring Ilahi – yakin atau mantap dalam menyembah Ilahi.
·
Ga – Guru Sejati
Sing Mruki – belajar dari guru nurani.
·
Ba - Bayu Sejati Kang Andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam.
·
Tha – Tukul Saka
Niat – sesuatu harus tumbuh dan dimulai dari niatan.
·
Nga – Ngracut
Busananing Manungso – melepaskan egoisme pribadi.
Kalimantan Timur
Kepercayaan buddha , hindu, islam , katholik , kristen
perlengkapan hidup
: Panutuan dan Tutu adalah alat untuk menggiling bumbu dapur. Panutuan
dan Tutu terbuat dari batu atau kayu. Panutuan adalah wadah tempat bumbu akan
digiling, sedangkan Tutu adalah batu atau kayu penggiling bumbu itu. Tutu ini
dinamai juga Papene. b. Papene adalah Sapa kecil tanpa kaki. Besarnya sekitar ±
30-40 cm. Biasanya Papene ini digunakan pada kesempatan sehari-hari. c.Hansung
atau Hiong adalah bejana untuk mengambil air dari sumber air (sumur, pancuran
atau sungai) dan sekaligus tempat penyimpanannya. Hansung atau Hiong adalah
tabung besar yang terbuat dari bambu besar dengan ruas buku yang
panjang.Kadang-kadang kulit luarnya dibuang, tetapi kadang-kadang tidak.Kulit
yang tidak dibuang sering dihiasi dengan tulisan atau ukiran mitis.Selain untuk
menampung dan menyimpan air, Hansung atau Hiong digunakan juga untuk menampung
air aren yang dikenal dengan tuak.
mata pencaharian
: PertanianLadang Tegalan atau Bahuma GunungBerkebun Kacang Tanah di
Gunung atau Bakacang
pengetahuan
: Orang Punan sangat
ditakuti oleh suku lainnya karena merupakan suku yang berani dan berilmu tinggi.
Mereka memiliki kelebihan insting dalam berburu dengan kecepatan luar biasa.
kekerabatan : Seperti
sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah tertentu
sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di samping berpusat dari ULUN sebagai
penyebutnya.
Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara
tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya
disebut Tuha, saudara tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan
yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman muda/kecil) dan Makacil
(bibi muda/kecil), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil
saudara dari kai dan nini sama saja, begitu pula untuk saudara datu.
Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:
· minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
· pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
· mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
· mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
· sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
· mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
· kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
· sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
· maruai (isteri sama isteri bersaudara)
· ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
· panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
· pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
· badangsanak (saudara kandung)
· minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
· pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
· mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
· mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
· sabungkut (orang yang satu Datu dengan ULUN)
· mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
· kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
· sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
· maruai (isteri sama isteri bersaudara)
· ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
· panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
· pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
· badangsanak (saudara kandung)
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ikam, boleh juga
menggunakan kata aku untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk
menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata pian, dan kata ulun
untuk menunjuk diri sendiri.
kesenian
: Tarian Bedewa, Tarian Iluk Bebalon ,Tarian Besyitan dari suku Tidung,Tarian Kedandiu ,Tarian Gantar ,Tarian Ngeleway ,Tarian Ngerangkaw ,Tarian Kencet ,Tarian Datun ,Tarian Hudoq
,Tarian Kejien, Tarian Jepin Ujang Bentawol
bahasa
: ·
Burung Enggang (bahasa Kutai) , merahit (Bahasa Kutai), Anjat Manik (Bahasa Berau Benua) ,Bebilin
(Bahasa Tidung) ,Andang
Sigurandang (Bahasa Tidung), Bedone
(Bahasa Dayak Benuaq), Ayen Sae (Bahasa Dayak) , Sorangan
(Bahasa Banjar) , Lamin
Talunsur (Bahasa Kutai) , Buah Bolok (Bahasa Kutai) ,Aku Menyanyi
(Bahasa Kutai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar